Oleh: Makin Perdana Kusuma - Depok, 29 Juni 2025.
Dalam labirin kompleks manajemen rumah sakit, setiap hari adalah sebuah "tarian keseimbangan yang rumit". Di satu sisi, ada tuntutan mendesak untuk menjaga efisiensi operasional, menekan biaya, dan mengoptimalkan prosedur yang ada—sebuah fokus pada "eksploitasi" dari apa yang sudah diketahui dan bekerja. Di sisi lain, laju inovasi medis dan teknologi yang tak terhentikan, ditambah ekspektasi pasien yang terus meningkat, menuntut rumah sakit untuk terus berekperimen, berinovasi, dan menjelajahi kemungkinan baru—sebuah dorongan untuk "eksplorasi". Bagaimana sebuah entitas yang secara intrinsik konservatif mampu merangkul kedua kutub yang tampaknya berlawanan ini? Jawabannya terletak pada "ambidexterity", sebuah kapabilitas manajemen yang memungkinkan rumah sakit untuk "secara bersamaan menjadi efisien dalam yang sudah ada dan inovatif dalam yang akan datang", bagaikan seorang akrobat yang menari di atas tali antara masa kini dan masa depan.
Konsep ambidexterity berakar dari gagasan tentang "eksplorasi dan eksploitasi" dalam pembelajaran organisasi (March, 1991). Dalam konteks rumah sakit, "eksploitasi" mengacu pada kegiatan yang berfokus pada "penyempurnaan, efisiensi, standarisasi, dan kontrol kualitas" dari layanan dan proses yang sudah ada, seperti optimalisasi manajemen rantai pasok obat, peningkatan alur kerja di ruang operasi, atau standarisasi protokol perawatan untuk mengurangi variasi dan biaya. Sementara itu, "eksplorasi" melibatkan "inovasi, penemuan, pengambilan risiko, dan fleksibilitas" untuk menciptakan pengetahuan dan kapabilitas baru; ini bisa berarti melakukan riset dan pengembangan klinis, meluncurkan layanan spesialis baru (misalnya, pusat terapi gen), mengadopsi teknologi digital revolusioner (misalnya, AI untuk diagnostik), atau bereksperimen dengan model pengiriman perawatan yang berbeda (misalnya, rumah sakit virtual). "Kedua aktivitas ini sangat penting", namun seringkali bersaing untuk sumber daya dan perhatian manajemen, menciptakan "paradoks yang harus diatasi" oleh manajemen rumah sakit (Zammuto & O'Connor, 2022).
Kapabilitas ambidexterity menjadi semakin krusial bagi manajemen rumah sakit karena memungkinkan "adaptasi terhadap perubahan pasar" yang konstan, memastikan "keunggulan kompetitif berkelanjutan" di pasar yang dinamis (Li, Wang, & Li, 2020). Dengan mampu mengoptimalkan operasi saat ini sambil berinovasi untuk masa depan, rumah sakit dapat "mempertahankan posisi unik dan keunggulan", sekaligus "meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan" melalui inovasi proses dan penemuan solusi baru. Lebih jauh lagi, kemampuan untuk berinovasi sambil menjaga operasional inti ini membuat rumah sakit "lebih tangguh menghadapi guncangan tak terduga" seperti pandemi atau krisis ekonomi, membangun "ketahanan organisasi" yang vital.
Mencapai ambidexterity di rumah sakit dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan strategis. Salah satunya adalah "ambidexterity struktural", yaitu memisahkan unit atau departemen yang berfokus pada eksplorasi (misalnya, unit R&D, pusat inovasi) dari unit yang berfokus pada eksploitasi (misalnya, unit operasional klinis), meskipun "mekanisme integrasi" harus ada untuk memastikan transfer pengetahuan yang efektif. Pendekatan lain adalah "ambidexterity kontekstual", yang mendorong individu dan tim untuk "secara simultan terlibat dalam eksplorasi dan eksploitasi" dalam peran mereka sehari-hari. Pendekatan ini membutuhkan budaya organisasi yang mendukung eksperimen, toleransi terhadap kegagalan, dan insentif yang mendorong kedua jenis aktivitas (D'Amato & Pittino, 2020). Dalam semua pendekatan ini, "peran kepemimpinan ambidextrous" sangat penting dalam menyeimbangkan tuntutan yang bertentangan, mengalokasikan sumber daya secara bijak, membangun budaya yang tepat, dan "mengomunikasikan visi yang jelas" tentang pentingnya kedua dimensi.
Meskipun vital, implementasi ambidexterity di rumah sakit penuh tantangan. Salah satu kesulitan utama adalah "konflik sumber daya", di mana alokasi dana, waktu, dan personel antara kegiatan eksplorasi (seringkali berisiko tinggi dan pengembalian jangka panjang) dan eksploitasi (pengembalian cepat dan pasti) bisa sangat sulit. Selain itu, "inersia organisasi" dan sifat konservatif serta sangat terstandarisasi di banyak rumah sakit dapat "menghambat eksperimen dan inovasi". Membangun "budaya yang kontradiktif" —yang mendorong efisiensi dan inovasi secara bersamaan—juga dapat "menciptakan ketegangan budaya" di mana satu nilai mungkin mengorbankan yang lain. Tantangan lain termasuk "manajemen risiko" karena eksplorasi melibatkan risiko, yang di lingkungan kesehatan dengan taruhan tinggi (keselamatan pasien) seringkali sulit diterima.
Singkatnya, ambidexterity bukan sekadar pilihan, melainkan "keharusan strategis" bagi manajemen rumah sakit yang ingin bertahan dan berkembang di era yang terus berubah. Dengan menguasai seni menyeimbangkan eksplorasi dan eksploitasi, rumah sakit dapat "memastikan operasional yang efisien hari ini" sekaligus "membangun kapabilitas untuk menghadapi dan membentuk masa depan". Ini adalah kunci untuk inovasi berkelanjutan, peningkatan kualitas, dan pelayanan pasien yang relevan di tengah dinamika ekosistem kesehatan.
Manajemen rumah sakit yang ambidextrous adalah bagaikan "konduktor simfoni" yang mengarahkan orkestra kompleks. Di satu sisi, ia memastikan setiap instrumen (departemen, prosedur, sumber daya) bermain dalam harmoni efisiensi yang sempurna (eksploitasi). Di sisi lain, ia juga memimpin orkestra untuk berani menciptakan melodi baru, bereksperimen dengan ritme yang belum pernah ada, dan menjelajahi akord inovatif (eksplorasi). Ini adalah "simfoni adaptasi tanpa henti" di mana masa lalu yang efisien menjadi fondasi untuk masa depan yang inovatif. Pada akhirnya, kapabilitas ambidexterity bukan hanya tentang keunggulan bisnis; ini adalah tentang "memastikan bahwa rumah sakit tetap menjadi mercusuar penyembuhan yang selalu relevan, dinamis, dan mampu memenuhi janji fundamentalnya kepada kemanusiaan" di tengah setiap perubahan zaman.
------SELESAI------
________________________________________
Referensi:
• D'Amato, M., & Pittino, D. (2020). Ambidextrous leadership in healthcare: The role of trust. Management Decision, 58(10), 2095–2109.
• Li, X., Wang, Y., & Li, R. (2020). The effect of ambidexterity on hospital performance: The mediating role of organizational learning. Health Care Management Review, 45(4), 312–320.
• March, J. G. (1991). Exploration and exploitation in organizational learning. Organization Science, 2(1), 71–87.
• Porter, M. E., & Lee, T. H. (2021). The Strategy That Will Fix Healthcare. Harvard Business Review.
• Zammuto, R. F., & O'Connor, E. J. (2022). Ambidexterity in Healthcare Organizations: A Multi-Level Perspective. Journal of Health Organization and Management.
________________________________________
"MPK’s Literature-based Perspectives"
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
Editor : Nofis Husin Allahdji
Social Header