Breaking News

SEMUA IBADAH ADALAH UNTUK MEMUNCULKAN CINTA: DARI RAGA KE RASA

 
Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 13 Desember 2025

Cinta adalah bahasa universal yang melampaui batas harta, status, dan kedudukan. Ia hadir seperti cahaya matahari yang menyinari tanpa memilih siapa yang kaya atau miskin, siapa yang berkuasa atau tak berdaya. “Cinta bukanlah milik mereka yang berlimpah materi, melainkan milik setiap jiwa yang berani memberi” (Fromm, 1956). Neraca sosial-ekonomi tidak pernah menjadi penghalang bagi manusia untuk menebar kasih, sebab cinta bisa hadir dalam bentuk sederhana: perhatian, respek, sopan-santun, atau sekadar senyum yang tulus. Dalam ruang batin yang penuh kehangatan, cinta adalah kekayaan yang tak bisa diukur dengan angka.

Dalam psikologi humanistik, cinta dipandang sebagai kebutuhan dasar yang dapat diwujudkan oleh siapa pun. “Memberi cinta adalah ekspresi tertinggi dari aktualisasi diri” (Maslow, 1968). Tidak diperlukan harta untuk menyalakan api kasih, cukup kesediaan untuk membuka hati. Orang yang miskin sekalipun dapat memberi cinta melalui tenaga, waktu, atau kepedulian. Dengan demikian, cinta menjadi jembatan yang menyatukan manusia di atas segala perbedaan sosial.

Secara sosial, cinta adalah energi yang menjaga harmoni komunitas. “Hubungan sosial yang sehat bergantung pada reciprocity, keseimbangan antara memberi dan menerima” (Deci & Ryan, 2000). Ketika cinta hadir dalam bentuk respek dan sopan-santun, ia memperkuat jaringan sosial yang melampaui batas kelas ekonomi. Orang yang sederhana dapat menebar cinta melalui sikap ramah, sementara orang yang kaya dapat menebar cinta melalui kemurahan hati. Keduanya memiliki peluang yang sama untuk menciptakan harmoni.

Dalam perspektif spiritual, cinta adalah ibadah yang tidak mengenal kasta. “Cinta adalah energi Ilahi yang mengalir melalui manusia, tanpa memandang status sosialnya” (Al-Attas, 2021). Memberi cinta bukanlah soal kemampuan materi, melainkan soal kesiapan hati. Ketika seseorang menebar cinta, ia sedang menyambungkan dirinya dengan sumber kehidupan yang lebih tinggi. Maka, cinta menjadi jalan menuju kebebasan batin yang dapat ditempuh oleh siapa pun.

Dari sudut pandang neurosains, cinta bukan hanya emosi, tetapi juga proses biologis yang memperkuat kesehatan mental dan fisik. “Memberi cinta memicu pelepasan oksitosin dan dopamin yang meningkatkan rasa bahagia dan menurunkan stres” (Zeki, 2017). Efek biologis ini tidak bergantung pada status ekonomi, melainkan pada tindakan memberi. Dengan demikian, cinta adalah obat yang tersedia bagi semua orang, tanpa memandang strata sosial.

Kesimpulannya, cinta adalah kekayaan yang dapat dimiliki dan dibagikan oleh siapa pun. “Cinta tidak mengenal batas kelas, sebab ia adalah energi yang lahir dari hati” (Maslow, 1968). Baik kaya maupun miskin, berkuasa maupun sederhana, setiap manusia memiliki peluang yang sama untuk menebar kasih. Cinta adalah harta yang tak pernah habis, justru semakin bertambah ketika dibagikan.

Dan akhirnya, mari kita renungkan: apakah kita hidup untuk menunggu cinta datang, atau untuk berani menebarkannya? Sebab cinta yang kita berikan adalah jejak yang akan tetap ada, bahkan ketika harta dan status lenyap. Dalam keberanian untuk memberi cinta tanpa syarat, manusia menemukan surga yang sejati—surga yang lahir dari hati yang terbuka, dan dari tangan yang rela memberi.


Referensi:
• Fromm, E. (1956). The Art of Loving. Harper & Row.
• Maslow, A. H. (1968). Toward a Psychology of Being. Van Nostrand Reinhold.
• Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The “What” and “Why” of Goal Pursuits: Human Needs and the Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227–268.
• Al-Attas, S. M. N. (2021). Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam. ISTAC.
• Zeki, S. (2017). The Neurobiology of Love and Empathy. FEBS Letters, 591(19), 2575–2589.
________________________________________
MPK’s Literature-based Perspectives 
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - ANALISARAKYAT.COM