Breaking News

IMAN ITU PEMROGRAMAN, PENGALAMAN BATIN ITU PENEMUAN

 
Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 12 Desember 2025

Iman adalah kode yang ditanamkan ke dalam jiwa, seperti perangkat lunak yang mengatur arah dan perilaku manusia. Ia adalah algoritma yang membentuk cara kita melihat dunia, menimbang baik dan buruk, menata harapan dan ketakutan. “Iman berfungsi sebagai sistem keyakinan yang memprogram pola pikir dan tindakan manusia” (Paloutzian & Park, 2021). Namun, pengalaman batin adalah penemuan: ia bukan kode yang ditanamkan, melainkan cahaya yang muncul dari kedalaman diri, dari perjumpaan dengan misteri yang tak bisa diprogram. Seperti perjalanan ke dalam hutan sunyi, pengalaman batin adalah penemuan yang tak terduga, penuh keajaiban dan keterkejutan.

Dalam psikologi agama, iman dipahami sebagai struktur kognitif yang membentuk kerangka interpretasi. “Iman adalah konstruksi mental yang memandu manusia dalam memahami realitas dan memberi makna pada pengalaman” (Saroglou, 2020). Ia adalah sesuatu yang dikonstruksi oleh manusia, dan ditanamkan ke dalam pikiran kolektif, diteruskan secara turun temurun. Ia seperti bahasa pemrograman yang mengatur logika kehidupan, menuntun manusia untuk konsisten dalam keyakinan. Tanpa iman, manusia bisa kehilangan arah, seperti komputer tanpa sistem operasi. Namun, iman tetaplah kerangka; ia membutuhkan pengalaman batin untuk menjadi hidup.

Pengalaman batin, sebaliknya, adalah proses fenomenologis yang bersifat subjektif. “Pengalaman spiritual sering kali muncul sebagai penemuan yang tidak terduga, membawa rasa kagum dan keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar” (Yaden et al., 2017). Ia tidak bisa diprogram, tidak bisa dipaksa, tidak bisa direkayasa. Pengalaman batin adalah penemuan yang lahir dari keterbukaan, dari keberanian untuk masuk ke ruang sunyi dalam diri. Ia adalah momen ketika manusia menemukan dirinya sekaligus melampaui dirinya.

Dalam filsafat eksistensial, iman dan pengalaman batin adalah dua kutub yang saling melengkapi. “Iman memberi struktur, pengalaman batin memberi isi; iman memberi arah, pengalaman batin memberi kedalaman” (Tillich, 1957). Tanpa iman, pengalaman batin bisa tersesat; tanpa pengalaman batin, iman bisa menjadi kering. Keduanya adalah tarian antara program dan penemuan, antara aturan dan kebebasan, antara kepastian dan misteri.

Kesimpulannya, iman adalah pemrograman yang menyiapkan manusia untuk hidup dengan arah, sementara pengalaman batin adalah penemuan yang memberi makna pada arah itu. “Iman dan pengalaman batin adalah dua dimensi yang saling menghidupkan dalam perjalanan spiritual manusia” (Saroglou, 2020). Keduanya tidak bisa dipisahkan, sebab iman tanpa pengalaman hanyalah dogma, dan pengalaman tanpa iman hanyalah sensasi.

Dan akhirnya, mari kita renungkan: apakah kita hanya hidup dengan kode yang ditanamkan, atau berani masuk ke ruang penemuan batin yang tak terduga? Iman adalah pemrograman, tetapi pengalaman batin adalah penemuan yang membuat kode itu bernyanyi. Seperti musik yang lahir dari notasi, iman memberi struktur, tetapi pengalaman batin memberi melodi. Maka biarlah kita hidup dalam harmoni antara keduanya, agar perjalanan spiritual tidak hanya terprogram, tetapi juga penuh penemuan yang menggetarkan jiwa.

Referensi:
• Paloutzian, R. F., & Park, C. L. (2021). Handbook of the Psychology of Religion and Spirituality. Guilford Press.
• Saroglou, V. (2020). Religion, Personality, and Social Behavior. Psychology Press.
• Yaden, D. B., Haidt, J., Hood, R. W., Vago, D. R., & Newberg, A. B. (2017). The Varieties of Spiritual Experience: The Psychology and Neuroscience of Religious and Spiritual Experiences. Oxford University Press.
• Tillich, P. (1957). Dynamics of Faith. Harper & Row.
________________________________________
MPK’s Literature-based Perspectives 
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - ANALISARAKYAT.COM