Breaking News

FENOMENA MAKAM KERAMAT ASLI ATAU PALSU DI INDONESIA: OASE BATINIAH DARI KELELAHAN EKSISTENSIAL


Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 25 November 2025

Di tepi jurang modernitas yang bising, tempat mesin-mesin bekerja tanpa henti dan waktu mengalir tanpa ampun, manusia Indonesia berdiri memanggul beban yang tak terperi. Kelelahan eksistensial bukan lagi metafora, melainkan nyeri hulu hati yang nyata: rasa sesak yang menghimpit dada, yang lahir dari kecepatan, ketidakpastian, dan ketidakmampuan mengendalikan arah nasib. Dalam lanskap batin yang terkoyak ini, fenomena menjamurnya makam atau situs keramat, terlepas dari masalah palsu atau aslinya, muncul sebagai anomali yang dramatis sekaligus menghibur. Ia adalah oasis mitos yang dibangun bukan dari kebenaran sejarah, melainkan dari kebutuhan psikologis dan spiritual yang mendesak. Makam-makam ini menjadi cermin bagi jiwa yang mendambakan pelabuhan sunyi, tempat mereka bisa berhenti sejenak dari kerumitan duniawi, duduk meletakkan beban, melepas lelah batiniah. Beban eksistensial dan rasa hampa-kering yang disebabkan oleh keprofanan, keduniawian peradaban yang saklek dan tanpa perasaan, yang penuh ketidakpastian, mendorong individu untuk mencari kembali oase batin, pengalaman transenden dan makna melalui praktik keagamaan dan mistis (Eliade, 1960).

Fenomena penciptaan makam yang dikeramatkan secara lokal, terlepas dari otentisitas historisnya, menegaskan fungsi situs-situs suci sebagai jangkar spiritual di tengah gelegak kehausan batiniah masyarakat. Kelelahan batin seringkali bersumber dari kegagalan untuk menemukan pusat ketenangan dalam kehidupan yang terfragmentasi. Makam-makam ini, dengan segala mitos kesaktian dan berkahnya, menawarkan tempat yang pasti, terpisah dari ruang-waktu biasa, tempat harapan dapat ditambatkan. Masyarakat berbondong-bondong datang, bukan sekadar mencari berkah, tetapi mencari validasi bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang peduli terhadap nasib mereka. "Situs-situs sakral, baik yang historis maupun yang baru diciptakan, berfungsi sebagai jangkar geografis bagi ingatan kolektif dan sumber daya spiritual untuk menghadapi trauma sosial" (Harvey, 2012).

Kelelahan eksistensial ini sangat diperparah oleh ketidakpastian hidup yang terasa di luar kendali manusia. Dalam struktur sosial-ekonomi yang serba genting (precarious), ancaman kemiskinan, penyakit, dan kegagalan finansial dapat menyerang kapan saja. Manusia Indonesia, seperti masyarakat risk society lainnya, mendapati bahwa rasionalitas dan perencanaan tidak selalu memberikan kepastian, tidak menjamin keselamatan, tidak menjamin ketenangan. Dalam kondisi precariousness yang tinggi ini, ketergantungan pada kekuatan supernatural atau mitos penolong meningkat tajam. "Ketidakpastian ekonomi dan sosial yang meluas dalam masyarakat kontemporer menyebabkan peningkatan ketergantungan pada strategi “coping” spiritual-keagamaan yang menyediakan rasa kontrol ilusif terhadap nasib yang tidak bisa diprediksi, tak bisa diduga, tak bisa dikendalikan" (Beck, 1992). Makam keramat, yang diyakini menyimpan spirit tertentu, menyediakan mekanisme kontrol internal yang gagal diberikan oleh institusi modern, oleh peradaban rasional-material.

Oleh karena itu, mitos yang menyelimuti makam-makam ini berfungsi sebagai obat batin. Ritual, sesaji, atau sekadar kunjungan hening yang dilakukan di sana bukanlah tindakan irasional belaka, melainkan upaya simbolik untuk meredakan nyeri batin dan memulihkan jiwa. Mitos yang menceritakan keajaiban atau pengabulan doa memberikan jeda psikologis, sebuah narasi tandingan terhadap kisah hidup yang penuh ketidakpastian, penderitaan dan kegagalan. Mitos menyediakan katarsis, meyakinkan para peziarah bahwa penderitaan mereka memiliki makna transenden, atau setidaknya, memberikan harapan akan berakhir. "Mitos bertindak sebagai 'obat batin' dengan menawarkan narasi yang mengatasi kontradiksi dan rasa sakit kehidupan sehari-hari, memberikan validasi emosional atas penderitaan eksistensial" (Lévi-Strauss, 1963).

Sebagai konklusi, fenomena makam keramat yang diduga banyak yang palsu di Indonesia bukanlah sekadar masalah penipuan atau irasionalitas kolektif, melainkan sebuah respons kultural yang adaptif terhadap tekanan struktural kehidupan modern. Kelelahan eksistensial dan ketidakpastian hidup menciptakan permintaan spiritual yang tinggi, dan mitos, yang terwujud dalam situs keramat, adalah pasokan yang memenuhi permintaan tersebut. "Praktik keagamaan populer dan penciptaan ruang mistis adalah respons kultural yang adaptif terhadap tekanan struktural modernisasi yang tidak merata" (Geertz, 1973). Situs-situs ini menjadi bukti bahwa di mana materialitas dan rasionalitas gagal menghibur, di sanalah mitos akan selalu menemukan jalannya untuk menopang jiwa yang rapuh.

Dan begitulah, di bawah langit Indonesia yang penuh janji dan sekaligus ancaman ketidakpastian, makam keramat buatan tetap ada, bukan sebagai batu nisan bagi yang tiada, melainkan sebagai penanda bagi yang hidup. Mereka adalah tugu peringatan atas kelelahan yang tak terucapkan, sebuah pengakuan bahwa manusia, seberapa pun majunya peradaban, akan selalu mencari cerita dan tempat di mana mereka diperbolehkan berhenti sejenak untuk hening. Makam itu mungkin fiktif, tetapi kelegaan batin yang didapat darinya nyata, keyakinan untuk terus berjalan esok hari, adalah kebenaran yang mendalam.

Referensi:
• Beck, U. (1992). Risk society: Towards a new modernity. Sage Publications.
• Eliade, M. (1960). Myths, dreams and mysteries: The encounter between contemporary faiths and archaic realities. Harvill Press.
• Geertz, C. (1973). The interpretation of cultures: Selected essays. Basic Books.
• Harvey, D. (2012). Rebel cities: From the right to the city to the urban revolution. Verso Books.
• Lévi-Strauss, C. (1963). Structural anthropology. Basic Books.
________________________________________
MPK’s Literature-based Perspectives
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - ANALISARAKYAT.COM