Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 13 November 2025.
Di kedalaman jiwa yang tak terjamah, ada satu gerbang yang tak bisa dibuka dengan kekuatan, melainkan dengan keikhlasan: penyerahan diri. Ia bukan sekadar pasrah, melainkan kematian batin yang membebaskan. Dalam kata-kata Osho, “Penyerahan adalah kematian sebelum kematian. Penyerahan adalah kematian batin. Kematian yang membebaskan” (Osho, 2004). Di sana, ego runtuh seperti reruntuhan kuil lama, dan kesadaran bangkit seperti fajar yang tak terbendung. Penyerahan bukanlah akhir, melainkan awal dari keberadaan yang tak lagi dibatasi oleh ilusi diri.
Secara psikologis, penyerahan diri merupakan proses dekonstruksi ego yang memungkinkan individu mengalami transformasi identitas. Dalam terapi transpersonal, penyerahan sering dikaitkan dengan pengalaman puncak dan pelepasan kontrol yang membuka ruang bagi kesadaran baru. “Penyerahan diri adalah proses membiarkan struktur ego runtuh agar kesadaran dapat muncul tanpa batasan” (Taylor, 2021). Ketika seseorang berhenti melawan kenyataan dan mulai menerima, ia tidak menjadi lemah; ia menjadi utuh.
Dari sudut spiritualitas kontemplatif, penyerahan adalah jalan menuju kemerdekaan batin. Dalam tradisi mistik Timur maupun Barat, penyerahan bukanlah kekalahan, melainkan kemenangan atas keterikatan. “Penyerahan adalah tindakan sadar untuk melepaskan identifikasi dengan bentuk dan menemukan kedamaian dalam ketidakterikatan” (Tolle, 2005). Ia adalah seni membiarkan hidup mengalir tanpa intervensi ego, dan dalam aliran itu, jiwa menemukan rumahnya.
Neurosains modern pun mulai mengakui bahwa pengalaman penyerahan diri berkorelasi dengan penurunan aktivitas di jaringan default mode network (DMN), yang terkait dengan narasi diri dan kontrol mental. “Ketika individu mengalami penyerahan batin, terjadi penurunan aktivitas DMN dan peningkatan konektivitas antar wilayah otak yang mendukung kesadaran murni” (Carhart-Harris et al., 2014). Artinya, penyerahan bukan hanya pengalaman spiritual, tetapi juga transformasi neurologis yang nyata.
Dari sudut filsafat eksistensial, penyerahan diri adalah tindakan radikal untuk menjadi otentik. Dalam pemikiran Kierkegaard dan Heidegger, penyerahan bukanlah pelarian dari dunia, melainkan keberanian untuk menatap keterbatasan eksistensi secara langsung. “Penyerahan adalah lompatan ke dalam ketidakpastian, di mana individu berhenti menggenggam makna eksternal dan mulai menciptakan makna dari dalam” (Kierkegaard, dalam Solomon, 2005). Dalam momen penyerahan, manusia tidak lagi menjadi objek dari sistem, melainkan subjek yang memilih untuk hidup dengan kesadaran penuh akan kefanaan dan kebebasan. Ia bukan lagi makhluk yang takut mati, tetapi jiwa yang telah mati terhadap ilusi dan lahir dalam kejujuran eksistensial.
Kesimpulannya, penyerahan diri adalah proses multidimensi yang menyentuh ranah psikologis, spiritual, eksistensial, dan biologis. Ia bukan pelarian dari kenyataan, melainkan pelukan terhadap kenyataan itu sendiri. “Penyerahan bukanlah tindakan pasif, melainkan keberanian untuk mati terhadap ilusi dan lahir dalam keutuhan” (Fisher, 2019). Dalam penyerahan, kita tidak kehilangan diri; kita menemukan diri yang sejati.
Maka, mari kita bertanya: apa yang sebenarnya kita genggam begitu erat? Ketakutan? Harapan? Identitas? Ketika kita berani melepaskan semuanya, kita tidak jatuh—kita terbang. Penyerahan adalah kematian yang melahirkan kehidupan. Ia adalah keheningan yang lebih jernih suaranya dari teriakan, dan cahaya yang lebih terang dari matahari. “Dalam kematian ilusi ego, kita tidak lenyap, kita menjadi ruang bagi keberadaan itu sendiri” (Osho, 2004).
Referensi:
• Carhart-Harris, R. L., et al. (2014). The entropic brain: a theory of conscious states informed by neuroimaging research with psychedelic drugs. Frontiers in Human Neuroscience, 8, 20.
• Fisher, R. M. (2019). International Journal of Fear Studies, 1(1), In Search of Fearlessness Research Institute.
• Osho. (2004). Courage: The Joy of Living Dangerously. St. Martin’s Griffin.
• Solomon, R. C. (2005). Existentialism. Oxford University Press.
• Taylor, S. (2021). The Leap: The Psychology of Spiritual Awakening. Watkins Publishing.
• Tolle, E. (2005). A New Earth: Awakening to Your Life’s Purpose. Penguin Books.
________________________________________
MPK’s Literature-based Perspectives
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)
Editor : Nofis Husin Allahdji


Social Header