Breaking News

MODAL INTERNAL BAYI MANUSIA DALAM PERTARUNGAN EKSISTENSIAL


Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 26 Oktober 2025.

Di momen pertama tarikan napasnya, setiap bayi manusia bukanlah selembar kanvas kosong, melainkan sebuah kredo yang telah tertulis secara purba, sebuah perjanjian abadi antara spesies dan kelangsungan hidup. Ia adalah perwujudan paling murni dari harapan, dibekali dengan peta harta karun yang tak terlihat,sebuah modal internal yang senyap, ditenun dari jutaan tahun evolusi. Modal ini adalah bekal tersembunyi, jubah perlindungan, dan kunci universal yang akan ia gunakan untuk membuka gembok-gembok dunia yang luas dan menakutkan. Kelahirannya adalah deklarasi perang damai, dan bekalnya adalah keajaiban biologis yang menanti panggilan eksistensi. 

Secara fundamental, modal internal pertama yang dimiliki bayi adalah gudang refleks dan temperamen yang berfungsi sebagai sistem operasi dasar. Sejak saat pertama, gerakan menghisap, menggenggam, dan mencari sudah terprogram, menjamin interaksi esensial dengan lingkungan. Lebih dari sekadar gerakan mekanis, modal ini mencakup temperamen dasar yang menentukan bagaimana bayi bereaksi terhadap stimulasi. “Bayi telah dibekali dengan pola reaksi emosional, motorik, dan perhatian yang berbasis konstitusional, yang membentuk fondasi interaksi awal mereka dengan dunia,” (Rothbart & Bates, 2006). Refleks ini adalah mekanisme bertahan hidup, sementara temperamen adalah pola irama yang akan menentukan harmoni atau disonansi dalam interaksi pertamanya.

Selanjutnya, modal internal yang paling menakjubkan terletak pada kecerdasan kognitif yang belum terisi. Otak bayi adalah mesin statistik yang tiada tanding, diprogram untuk menyerap pola dan memecahkan kode lingkungan dengan kecepatan yang tak pernah terulang. Kapasitas ini paling jelas terlihat dalam akuisisi bahasa. "Manusia memiliki perangkat akuisisi bahasa yang bersifat bawaan, sebuah program universal yang menunggu input dari lingkungan untuk diaktifkan," (Pinker, 1994). Modal ini memastikan bahwa, meskipun lahir dalam keheningan, dalam beberapa tahun, bayi akan mampu menguasai sistem simbol paling kompleks yang pernah diciptakan manusia. Modal ini adalah janji bahwa ia bukan hanya pengamat pasif, tetapi pembuat makna yang aktif.

Namun, yang mungkin paling krusial adalah modal sosial dan emosional: dorongan bawaan untuk terikat. Dalam kelemahan fisiknya, kekuatan bayi justru terletak pada kemampuannya memanggil respons kasih sayang. Ia dilengkapi dengan kebutuhan mendasar untuk membentuk ikatan emosional sebagai strategi bertahan hidup. "Motivasi utama seorang bayi adalah untuk mencari kedekatan dengan figur pengasuh utama, yang merupakan mekanisme bawaan untuk keamanan dan kelangsungan hidup," (Bowlby, 1988). Modal ini berupa senyum pertama, tangisan yang memanggil, dan mata yang menatap,semua dirancang untuk menjalin ikatan attachment yang aman, yang akan menjadi cetakan bagi semua hubungan manusia di masa depannya.

Dengan demikian, modal internal bayi manusia bukan hanya sekumpulan naluri, tetapi adalah paket kekuatan evolusioner: fondasi biologis yang kokoh (refleks dan temperamen), kemampuan kognitif yang siap belajar (perangkat akuisisi bahasa), dan kebutuhan emosional yang mendesak untuk terhubung (dorongan keterikatan). Ketiga modal ini bekerja sama, membentuk cetak biru yang memungkinkan bayi tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga memulai proyek penciptaan diri yang otentik.

Inilah warisan yang diterima setiap jiwa saat ia memasuki batas kesadaran: modal yang menuntut tanggung jawab dan memanggil kebebasan. Modal internal adalah bisikan pertama dari potensi, sebuah kompas yang menunjuk pada cakrawala yang tak terbatas. Kini, bola salju takdir telah berada di tangan sang bayi, dan setiap refleks, setiap tangisan, dan setiap tatapan adalah langkah pertama dalam ukiran esensi eksistensinya. Ia telah diberi benih, dan dunia menanti untuk menyaksikan pohon apa yang akan ia putuskan untuk tumbuhkan, meninggalkan jejak yang kekal dan tak terhapuskan pada tapal batas sejarahnya sendiri.

Referensi:
• Bowlby, J. (1988). A secure base: Parent-child attachment and healthy human development. Basic Books.
• Pinker, S. (1994). The language instinct: How the mind creates language. William Morrow and Company.
• Rothbart, M. K., & Bates, J. E. (2006). Temperament. In W. Damon & R. M. Lerner (Eds.), Handbook of child psychology: Vol. 3. Social, emotional, and personality development (6th ed., pp. 99–166). Wiley.
MPK’s Literature-based Perspectives
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - ANALISARAKYAT.COM