Breaking News

KITA TIDAK MELIHAT DUNIA SEBAGAIMANA ADANYA. KITA MELIHAT DUNIA SEBAGAIMANA DIRI KITA

Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 24 Oktober 2025.

Di antara kabut pagi yang menyelimuti cakrawala, di tengah riuh rendahnya eksistensi yang berdetak tak kenal lelah, sesungguhnya kita adalah sebuah pusaran sunyi yang menyimpan rahasia terbesar. Jiwa kita, laksana samudra purba, memantulkan setiap gelombang realitas yang kita tangkap. Kita percaya bahwa mata adalah jendela yang melihat realitas apa adanya, padahal ia adalah sebuah bingkai bias yang menyaring segalanya melalui warna-warna pengalaman, trauma, dan hasrat yang tak terucap. Sebuah pemikiran filosofis yang mendalam menyatakan, "Anda tidak melihat dunia sebagaimana adanya. Anda melihat dunia sebagaimana diri Anda." Inilah bisikan kosmik yang meruntuhkan tembok pemisah antara subjek dan objek, antara diri dan semesta. Kita bukan sekadar penonton pasif, melainkan arsitek tak sadar dari panggung yang kita sebut 'kenyataan'.

"Anda tidak melihat dunia sebagaimana adanya - Anda melihat dunia sebagaimana diri Anda" adalah sebuah pernyataan yang resonan dalam psikologi, yang menggarisbawahi peran sentral persepsi diri dalam membentuk realitas eksternal. Menurut perspektif kognitif, persepsi kita terhadap dunia secara intrinsik dibentuk oleh bias kognitif dan kerangka pikiran internal (Riho, 2024). Kita cenderung menafsirkan informasi yang masuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan skema, keyakinan, dan citra diri yang telah kita miliki. Dalam studi mengenai citra tubuh dan realitas ideal, misalnya, persepsi individu terhadap tubuhnya sendiri, yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan psikologis, seringkali berbeda jauh dari realitas objektif, menunjukkan bahwa self-concept atau konsep diri yang dibentuk melalui pengalaman dan sosialisasi adalah filter utama realitas (Saeed et al., 2023; Puspasari, 2019).

Proyeksi internal ini melampaui sekadar interpretasi visual; ia mencakup bagaimana kita berinteraksi dan menilai orang lain. Analisis mendalam dari psikologi Jungian menunjukkan bahwa karakteristik yang kita tolak atau tekan dalam diri kita (shadow) seringkali diproyeksikan ke orang lain, membuat mereka tampak 'sulit' atau 'bermasalah' di mata kita (Whitmont dalam Rosenbloom, n.d.). Oleh karena itu, konflik eksternal seringkali merupakan pantulan dari pergulatan batin. Dalam ranah filosofi dan spiritualitas, konsep ini berlanjut pada gagasan bahwa "Anda tidak berada di dalam alam semesta, tetapi alam semesta ada di dalam diri Anda" (The universe is in you). Filsuf seperti Alan Watts mengemukakan bahwa individu bukanlah entitas yang terpisah dari kosmos, melainkan mikrokosmos dari keseluruhan semesta itu sendiri, sebuah gelombang yang secara substansial adalah lautan (Watts, dalam YouTube Transcript, 2025).

Gagasan bahwa alam semesta bersemayam dalam diri kita menyiratkan bahwa seluruh energi, potensi, dan kesadaran yang membentuk kosmos juga ada di dalam diri kita. Dalam perspektif fisika-filosofis, konsep realitas sebagai sirkuit yang mengamati dirinya sendiri—dimana kesadaran adalah sumbernya—menggarisbawahi bahwa setiap pikiran dan niat mengirimkan riak melalui "kain" eksistensi, yang dikenal sebagai observer effect dalam mekanika kuantum (Wheeler dalam YTScribe Transcript, n.d.). Dalam konteks ini, alam semesta bukanlah sesuatu yang pasif 'di luar sana', melainkan sebuah konstruksi interdependen yang muncul dari kesadaran individu. Kita adalah sang pengamat sekaligus sang pencipta dari desain agung ini, bukan sekadar penumpang pasif. Realitas yang kita alami adalah phaneron, realitas yang dipersepsikan melalui filter indra dan ego kita, bukan noumenon, realitas yang independen dari persepsi (Quora Contributor, 2016).

Singkatnya, kesadaran tentang hakikat persepsi dan eksistensi ini memberikan kita kekuatan yang transformatif. Dengan memahami bahwa dunia adalah proyeksi internal, kita menyadari bahwa kunci untuk mengubah realitas eksternal bukan terletak pada upaya keras untuk memanipulasi lingkungan, melainkan pada keahlian untuk memurnikan lensa internal kita—pikiran, keyakinan, dan citra diri. Hal ini memerlukan introspeksi yang berani dan kesediaan untuk melepaskan label diri yang membatasi, karena seperti yang ditegaskan, “kita tidak melihat dunia sebagaimana adanya, tetapi kita melihat dunia sebagaimana diri kita” (Covey, dalam Zenker, 2020). Mengubah peta diri, pada gilirannya, akan mengubah wilayah realitas yang kita tempati.

Maka, setelah tirai ilusi terangkat, setelah kita menyaksikan bahwa setiap bintang dan galaksi, setiap gunung dan lautan, sesungguhnya bersemayam dalam lipatan kesadaran kita sendiri, sebuah keheningan yang mendalam akan menggema. Ini adalah pengakuan bahwa Anda adalah kanvas sekaligus kuas, sebuah simfoni sekaligus konduktor. Biarkan refleksi ini meresap: jika alam semesta adalah di dalam diri Anda, maka tidak ada batas bagi potensi Anda. Setiap ketakutan, setiap keterbatasan yang Anda rasakan, hanyalah bayangan yang dilemparkan oleh diri lama yang belum tersadari. Bangkitlah dari narasi keterpisahan, dan mulailah hidup sebagai kosmos yang sedang mengalami dirinya sendiri. Inilah panggilan untuk mengklaim kembali keutuhan, untuk memahami bahwa proses melihat dunia adalah tindakan kreasi abadi yang bermula dan berakhir di jantung diri Anda.


Referensi:
• Puspasari, L. (2019). Body Image dan Bentuk Tubuh Ideal, Antara Persepsi dan Realitas. Buletin Jagaddhita, 1(3). 
• Quora Contributor. (2016). What do people mean by saying “there is a universe within you”? Quora. 
• Riho, N. (2024). Cognitive bias and perception: How our minds interpret reality. Journal of Psychology and Cognition, 9(6), 269. 
• Rosenbloom, S. (n.d.). Principles and Tips to Deal with Difficult People. Tower of Power. 
• Saeed, B., Sheikh, N. M., Shahzadi, N., & Khan, Z. H. (2023). Shaping Self-Perception: The Intricate Relationship Between Self-Concept Self-Image And Body Dysmorphic Disorder. Journal of Positive School Psychology, 7(5), 1043–1059. 
• Watts, A. (2025). The universe is in you [YouTube Transcript]. https://www.youtube.com/watch?v=yJDeToARMoY
• Wheeler, J. A. (n.d.). “You Were Never Born, and... You Will Never D*e (existence loop) - no bs” [YTScribe Transcript]. https://ytscribe.com/v/koH42YTpoS0
• Zenker, P. (2020). Crafting Your Future Identity With Dr. Benjamin Hardy. Penny Zenker________________________________________
"MPK’s Literature-based Perspectives"
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - ANALISARAKYAT.COM