Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 25 Oktober 2025
Dengarkanlah detak jam pasir kosmik yang senyap. Di hamparan galaksi yang berputar dalam tarian abadi, di jantung mekarnya sekuntum bunga, terdapat sebuah irama sempurna yang tak pernah terburu-buru, tak pernah tertinggal. Kita, manusia yang dihimpit kecemasan dan kalender, seringkali berenang melawan arus, memaksakan kehendak pada saat yang belum matang. Namun, alam semesta, dalam kebijaksanaannya yang purba, membisikkan sebuah kebenaran yang membebaskan: "Alam semesta tidak pernah terlalu awal, tidak pernah terlambat, selalu tepat waktu." Setiap peristiwa, setiap pertemuan, setiap kehilangan dan penerimaan, terjadi pada momen yang telah ditentukan oleh ritme universal. Kunci menuju keharmonisan sejati adalah melepaskan kendali dan berlayar bersama gelombang takdir yang mengalir tanpa cela.
Ide pokok tentang ketepatan waktu alam semesta sejalan dengan pandangan Timur mengenai realitas waktu, yang melihatnya sebagai suatu eksistensi mandiri dan terlepas dari eksistensi manusia. Berbeda dengan pandangan Barat yang linier dan antroposentris, di mana "waktu adalah uang" dan harus dimanfaatkan oleh manusia, filsafat Timur, termasuk Taoisme, memandang waktu secara sirkular, sebagai perputaran kekal abadi yang membentuk siklus kosmos yang konstan (Tumbuan, 2017). Dengan pemahaman ini, "Apapun yang terjadi, terjadi pada waktunya," menyiratkan bahwa setiap momentum adalah bagian dari sirkulasi besar yang memiliki fungsinya sendiri dalam keseluruhan.
Sikap menerima ketepatan waktu kosmik ini menuntun kita pada praktik sentral dalam Taoisme, yaitu Wu Wei. Konsep ini sering diterjemahkan sebagai "tindakan tanpa tindakan" (action of no action) atau "tindakan tanpa usaha berlebihan" (effortless action), yang intinya adalah bertindak selaras dengan aliran alami kehidupan, bukan melawannya (Musacchio, 2025). Sebuah kajian filosofis mengemukakan bahwa Wu Wei bukanlah sikap pasif atau malas, melainkan "melakukan hal yang tepat pada waktu yang tepat, tanpa pemborosan energi" (setangkaidupa.com, n.d.). Dengan meniru sifat air atau bambu yang lentur, seseorang diharapkan dapat mencapai efisiensi maksimal dengan usaha minimal, sebuah hasil dari keselarasan batin yang mendalam. Sebab, segala potensi keadaan dan kejadian sudah terkandung secara intrinsik, bahkan sebelum dentuman besar “big bang” yang membentuk debu kosmik yang kita sebut dengan konstelasi bintang dan planet.
Kekuatan Wu Wei terletak pada landasan pemahaman yang jernih, bukan pada keputusasaan. Konsep "melakukan bukan dari keputusasaan, tetapi dari pemahaman yang mendalam dan jernih" (doing nothing not from desperation, but from deep and clear understanding) menunjukkan bahwa prinsip ini adalah produk dari kearifan, bukan ketidakpedulian. Pemikir Taois menjelaskan bahwa Wu Wei adalah sebuah "keadaan pengetahuan yang sempurna (pemahaman) tentang koeksistensi situasi dan pengamat, efikasi yang sempurna, dan realisasi ekonomi energi yang sempurna" (Billeter dalam Wikipedia, n.d.). Ini berarti, tindakan yang muncul dari pemahaman yang mendalam adalah tindakan yang paling spontan, paling efektif, dan paling sedikit menghasilkan gesekan atau perlawanan. Dalam filsafat Jawa dikenal dengan kebijaksanaan “Nrimo ing pandum”; sebuah sikap batin yang percaya, menyambut segala apa yang ada, datang dan terjadi dengan rasa berkecukupan, bahagia, damai, jernih, takzim, dan syukur.
Maka, konklusi dari pemahaman ini adalah transformasi perspektif dari pemaksaan ke penerimaan. Ketika kita mengakui bahwa "Apapun yang Anda terima dan alami, terjadi pada saat yang tepat," kita melepaskan beban untuk mengontrol hasil. Praktik Wu Wei mengajar kita untuk hidup sejalan dengan Dao, membiarkan proses-proses alamiah terungkap tanpa campur tangan ego yang keras (rssb.org, n.d.). Ini adalah pelepasan diri dari obsesi terhadap masa depan dan fokus pada tindakan yang bisa kita lakukan saat ini, tindakan yang selaras dan tenang. Dengan demikian, kita menemukan ketenangan, efisiensi, dan kebahagiaan sejati, bukan melalui perjuangan, melainkan melalui penyerahan diri yang bijaksana.
Lihatlah ke angkasa malam. Anda adalah bagian dari konstelasi yang tak terhitung, dan hidup Anda adalah sebuah orbit yang tak dapat didesak maupun ditunda. Semua yang Anda kejar di luar sana, kedamaian, kesuksesan, atau cinta, akan tiba, namun hanya setelah Anda berhenti memaksa dan mulai menyelaraskan diri dengan irama yang sudah ada di dalam. Jangan lagi menganggap penantian sebagai hukuman, melainkan sebagai masa inkubasi yang sakral. Ketika Anda menanggalkan keinginan untuk tergesa-gesa, saat itulah Anda sepenuhnya berlabuh dalam momen yang hadir, dan tindakan Anda akan memiliki kekuatan yang jauh lebih besar, karena ia tidak lagi berasal dari kecemasan, melainkan dari kedalaman keheningan. Inilah seni Wu Wei: menjalani hidup sebagai seorang bijak yang tahu kapan harus bertindak, dan kapan harus membiarkan semesta yang bertindak melalui dirinya.
Referensi:
• Musacchio, F. (2025). Wu Wei: The philosophical foundation of Daoist ethics and action. https://www.fabriziomusacchio.com/weekend_stories/told/2025/2025-01-02-wu_wei/
• rssb.org. (n.d.). The True Man: Embodiment of Wu-Wei. Introduction to the Dao. https://rssb.org/dao5.html
• setangkaidupa.com. (n.d.). Filosofi Hidup dalam Taoisme: Menerapkan Prinsip Wu Wei dalam Kehidupan Modern. https://setangkaidupa.com/artikel/filosofi-hidup-dalam-taoisme-menerapkan-prinsip-wu-wei-dalam-kehidupan-modern/
• Tumbuan, P. K. (2017). Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK. Jurnal Ilmiah WIDYA, 4(2). https://media.neliti.com/media/publications/150952-ID-konsep-waktu-perspektif-komunikasi-islam.pdf
• Wikipedia. (n.d.). Wu wei. Diakses pada 24 Oktober 2025. https://en.wikipedia.org/wiki/Wu_wei
________________________________________
"MPK’s Literature-based Perspectives"
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)
Editor : Nofis Husin Allahdji


Social Header